Monday 24 October 2022

Peningkatan Daya Saing Pendidikan Tinggi di Indonesia dengan mengurangi pembelajaran agama/kepercayaan baik ruang lingkup kampus maupun individual

Bila kita lihat kualitas pendidikan di indonesia tentu masih sangat jauh dari negara negara maju seperti singapura, korea selatan, jepang, china, dll. Jangankan negara maju dengan negara berkembang seperti malaysia, filipina, hongkong dll mungkin kita masih kurang unggul dalam beberapa aspek. Tidak usah jauh jauh,  kita bicara soal aspek SDM pada pedidikan tinggi, mahasiswa pendidikan tinggi masih sangat rendah dalam prestasi dibidang SAINS dan Matematika

Prestasi dibidang SAINS dan Matematika sangat penting untuk meningkatkan daya saing pendidikan tinggi baik ruang lingkup nasional, maupun internasional. Muncul pertanyaan mengapa bisa kualitas mahasiswa rendah prestasi dibidang SAINS dan Matematika?

Penelitian yang dikerjakan beberapa akademisi di Leeds Becket University, West Yorkshire, Inggris menyebutkan kalau makin religius satu negara semakian rendah juga prestasi beberapa peserta didik di bagian sains serta matematika. Berarti, siswa-siswa di negara yang ditempati sebagian besar masyarakat yang mengakui agnostik atau ateis rata-rata mempunyai catatan prestasi yang tambah baik dalam ke-2 bagian itu.

Profesor Psikologi di LBU Gijsbert Stoet serta Profesor di Departemen Pengetahuan Psikologi Kampus Missouri David Geary membuat penelitiannya dengan lakukan perbandingan. Langkahnya dengan mengukur perform akademik responden di 76 negara lewat catatan prestasi di Programme for International Student Assessment (PISA) serta Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dengan tingkat religiositas, dengan menggunakan World Values Survey serta European Social Survey.

Akhirnya tunjukkan lima negara paling tidak religius dengan kata lain paling sekuler, terlebih di bagian pengajaran serta pendidikan, yaitu Republik Ceko, Jepang, Estonia, Swedia, serta Norwegia. Dalam data TIMMS 2015, anak-anak di Republik Ceko umur 9-10 th. mempunyai score 528, sesaat Jepang mencapai score 593, Swedia peroleh score 540, serta Norwegia 538. Dan Estonia mempunyai score 552.

Di bagian seberang, lima negara paling religius, terlebih di bagian pengajaran serta pendidikannya, yaitu Qatar, Indonesia, Mesir, Yordania, serta Tunisia. Menurut catatan TIMMS 2015, score prestasi untuk bagian sains serta matematika Qatar sebesar 436, Indonesia 397, Mesir 371, serta Yordania 426. Spesial untuk Tunisia, catatan paling akhir dalam TIMSS yaitu th. 2011 dengan score 359. Kelimanya rajin isi tempat bawah TIMMS ataupun PISA.

Dari penilitan Prof. Gijsbert Stoet dan David Geary kita bisa buat beberapa kesimpulan yang mungkin bisa kita lakukan untuk meningkatkan daya saing pendidikan tinggi terutama di bidang SAINS dan Matematika kita perlu mengurangi pembalajaran agama baik ruang lingkup kampus maupun individual, dengan kata lain kita hanya perlu mempelajari agama seperlunya saja


EmoticonEmoticon

Note: only a member of this blog may post a comment.