Bila kita lihat kualitas pendidikan di indonesia tentu masih sangat jauh dari negara negara maju seperti singapura, korea selatan, jepang, china, dll. Jangankan negara maju dengan negara berkembang seperti malaysia, filipina, hongkong dll mungkin kita masih kurang unggul dalam beberapa aspek. Tidak usah jauh jauh, kita bicara soal aspek SDM pada pedidikan tinggi, mahasiswa pendidikan tinggi masih sangat rendah dalam prestasi dibidang SAINS dan Matematika
Prestasi dibidang SAINS dan Matematika sangat penting untuk
meningkatkan daya saing pendidikan tinggi baik ruang lingkup nasional, maupun
internasional. Muncul pertanyaan mengapa bisa kualitas mahasiswa rendah
prestasi dibidang SAINS dan Matematika?
Penelitian yang dikerjakan beberapa akademisi di Leeds
Becket University, West Yorkshire, Inggris menyebutkan kalau makin religius
satu negara semakian rendah juga prestasi beberapa peserta didik di bagian
sains serta matematika. Berarti, siswa-siswa di negara yang ditempati sebagian
besar masyarakat yang mengakui agnostik atau ateis rata-rata mempunyai catatan
prestasi yang tambah baik dalam ke-2 bagian itu.
Profesor Psikologi di LBU Gijsbert Stoet serta Profesor di
Departemen Pengetahuan Psikologi Kampus Missouri David Geary membuat
penelitiannya dengan lakukan perbandingan. Langkahnya dengan mengukur perform
akademik responden di 76 negara lewat catatan prestasi di Programme for
International Student Assessment (PISA) serta Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dengan tingkat religiositas, dengan
menggunakan World Values Survey serta European Social Survey.
Akhirnya tunjukkan lima negara paling tidak religius dengan
kata lain paling sekuler, terlebih di bagian pengajaran serta pendidikan, yaitu
Republik Ceko, Jepang, Estonia, Swedia, serta Norwegia. Dalam data TIMMS 2015,
anak-anak di Republik Ceko umur 9-10 th. mempunyai score 528, sesaat Jepang
mencapai score 593, Swedia peroleh score 540, serta Norwegia 538. Dan Estonia mempunyai
score 552.
Di bagian seberang, lima negara paling religius, terlebih di
bagian pengajaran serta pendidikannya, yaitu Qatar, Indonesia, Mesir, Yordania,
serta Tunisia. Menurut catatan TIMMS 2015, score prestasi untuk bagian sains
serta matematika Qatar sebesar 436, Indonesia 397, Mesir 371, serta Yordania
426. Spesial untuk Tunisia, catatan paling akhir dalam TIMSS yaitu th. 2011
dengan score 359. Kelimanya rajin isi tempat bawah TIMMS ataupun PISA.
Dari penilitan Prof. Gijsbert Stoet dan David Geary kita
bisa buat beberapa kesimpulan yang mungkin bisa kita lakukan untuk meningkatkan
daya saing pendidikan tinggi terutama di bidang SAINS dan Matematika kita perlu
mengurangi pembalajaran agama baik ruang lingkup kampus maupun individual, dengan
kata lain kita hanya perlu mempelajari agama seperlunya saja
EmoticonEmoticon
Note: only a member of this blog may post a comment.